
SEMARANG, 31 Juli 2025 — Mahasiswa GIAT 12 Universitas Negeri Semarang (UNNES) di Desa Kalikurmo memperkenalkan serta melakukan pelatihan pembuatan Eco-Enzyme bersama dengan Kader PKK Desa Kalikurmo.
Kegiatan pengenalan serta pelatihan ini merupakan salah satu upaya pengabdian mahasiswa UNNES untuk masyarakat desa, terutama Desa Kalikurmo dalam menanggulangi permasalahan akan pengelolaan sampah yang terbilang cukup sulit untuk diatasi. Terlebih lagi, program pengelolaan sampah merupakan salah satu program yang diusulkan oleh pihak desa. Mengingat perilaku masyarakat akan pengelolaan sampah masih cukup memprihatinkan, seperti perilaku membuang sampah sembarangan dan bukan pada tempat semestinya.
Eco-Enzyme, merupakan program yang para mahasiswa GIAT 12 UNNES usulkan serta laksanakan. Eco-Enzyme sendiri merupakan salah satu bentuk Recycle (mendaur ulang) sampah, yang dalam hal ini adalah sampah organik seperti buah dan sayur menjadi cairan dengan berbagai fungsi seperti pembersih, sabun, pupuk organik, pengusir hama serta serangga, serta cairan lainnya melalui proses fermentasi. Eco-Enzyme yang merupakan bentuk dari Recycle sampah, merupakan salah satu alasan mengapa mahasiswa GIAT 12 UNNES memilih program ini, sehingga sampah yang sebelumnya tidak bernilai dan akan dibuang, diubah menjadi suatu benda lain dengan nilai manfaat yang sangat luas.
Program pelatihan Eco-Enzyme dipimpin dan diarahkan langsung oleh salah satu anggota GIAT 12 UNNES yakni Indah Cahyani Puspitaningrum, yakni mahasiswa program studi Teknik Kimia (S1) Universitas Negeri Semarang. Dengan bekal ilmu kimia mengenai perubahan zat dan biokimia, mahasiswa yang kerap dipanggil dengan nama Indah tersebut mampu memimpin, mengarahkan serta menjelaskan dengan baik akan langkah-langkah serta seluruh alat dan bahan yang digunakan dalam praktik pembuatan Eco-enzym ini.
Indah mengungkapkan bahwa pembuatan Eco-Enzyme pada dasarnya hanya membutuhkan tiga bahan utama, yaitu air, gula jawa, dan sampah organik berupa sisa buah atau sayuran yang masih segar. Air berfungsi sebagai medium pelarut yang memungkinkan terjadinya proses fermentasi secara optimal. Gula jawa berperan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme yang bekerja selama proses fermentasi, sehingga mempercepat penguraian bahan organik dan pembentukan enzim. Sementara itu, sampah organik seperti kulit buah dan sayuran segar menjadi substrat utama yang akan diuraikan oleh mikroorganisme, sehingga menghasilkan berbagai senyawa bermanfaat seperti enzim, asam organik, dan alkohol. Untuk alat yang digunakan antara lain adalah, wadah dalam hal ini adalah galon, serta pengaduk dimana yang digunakan dalam praktik kali ini adalah batang bambu ataupun kayu.
Kegiatan praktik pelatihan pembuatan Eco-Enzyme dilakukan bersamaan dengan acara musyawarah atau rapat rutin Kader PKK Desa Kalikurmo, yang dilaksanakan di Balai Dusun Krajan, Desa Kalikurmo pada Kamis, 31 Agustus 2025. Praktik dilaksanakan tepatnya setelah acara musyawarah rutin tersebut selesai dilaksanakan.
Kegiatan diawali dengan presentasi oleh Indah mengenai pemaparan materi secara sederhana, sehingga para peserta pelatihan dapat memahaminya dengan baik. Kegiatan ini dilanjutkan langsung dengan kegiatan praktik pembuatan Eco-enzyme langsung oleh peserta pelatihan yang tidak lain adalah Kader PKK Desa Kalikurmo. Praktik pembuatan dilakukan secara berkelompok menjadi sekitar 8 kelompok dengan 1 mahasiswa GIAT 12 UNNES sebagai pengarah.
Langkah pembuatan diawali dengan menyiapkan seluruh alat dan bahan yang seluruhnya telah disiapkan oleh mahasiswa GIAT 12 UNNES. Sampah buah dan sayur yang digunakan dalam praktik ini telah dipotong-potong agar dapat dengan mudah masuk ke dalam wadah atau media. Dalam pembuatan Eco-Enzyme ini, memiliki aturan akan perbandingan takaran tiap bahannya. Gula jawa, sampah, serta air secara berturut-turut memiliki perbandingan 1 : 3 : 10, yang artinya dalam praktik kali ini, tiap kelompok menggunakan takaran 100 gram gula jawa : 300 gram sampah buah dan sayur : 1000 mililiter air.
Langkah dilanjutkan dengan pengisian 1000 mililiter air ke dalam galon, yang dilanjutkan dengan pemotongan 100 gram gula jawa menjadi bentuk yang lebih kecil dan halus, sehingga pada langkah selanjutnya yakni menambahkan gula jawa tersebut ke dalam air, gula akan lebih mudah larut. Proses pelarutan gula dibantu dengan cara mengaduk campuran gula dan air dengan pengaduk. Saat dua bahan tersebut telah larut, langkah dilanjutkan dengan menambahkan 300 gram sampah organik ke dalam larutan, dan mengaduknya kembali sehingga rata. Setelahnya proses awal pembuatan eco-enzym telah selesai.
Menurut Indah, terdapat 2 versi dalam pembuatan Eco-Enzyme. Yang pertama adalah pembuatan dengan wadah tanpa selang. Dalam versi ini, satu bulan pertama tutup wadah Eco-Enzyme harus dibuka dan diaduk satu kali tiap harinya, proses ini dilakukan agar gas metana hasil proses fermentasi dapat keluar dengan baik sehingga hal-hal yang tidak dinginkan dapat dihindarkan. Setelah satu bulan wadah dapat ditutup kembali. Lalu versi kedua, adalah mengunakan wadah yang dipasang dengan selang. Dengan wadah jenis ini, proses pengadukan tidak perlu untuk dilakukan dikarenakan selang berfungsi untuk mengeluarkan gas metana dengan rutin.
Proses fermentasi sampah buah dan sayur menjadi Eco-Enzyme ini membutuhkan proses selama tiga bulan, dengan rincian pada satu bulan pertama akan menghasilkan alkohol, lalu pada bulan kedua, fermentasi buah dan sayur akan menjadi asam asetat atau yang biasa dikenal dengan asam cuka. Lalu pada bulan ketiga dan seterusnya, akan menjadi Eco-Enzyme.
Kegiatan kali ini memberikan kesan positif dari banyak peserta, yang salah satu tanggapan berasal dari Bidan Desa Kalikurmo, Ibu Rina yang menyatakan
“Acara pelatihan pemanfaatan limbah sampah ini sangat bermanfaat, kita diajarkan dengan pembuatan Eco-Enzyme, semoga nanti peserta pelatihan ini dapat getok tular ke warga-warga lain yang tidak mengikuti pelatihan. Sehingga sampah organik tidak banyak terbuang sia-sia”
Tanggapan lain berasal dari Wakil Ketua PKK Desa Kalikurmo yang juga merupakan salah satu tokoh masyarakat Desa Kalikurmo, Ibu Siti Khoiriyah ;
“Kesannya sangat bagus sekali karena masyarakat Desa Kalikurmo masih banyak yang belum sadar akan manfaat daripada sampah ataupun limbah rumah tangga, jadi dengan adanya ini semoga kita dapat memanfaatkan limbah yang ada di sekitar kita, dan lebih bermanfaat lagi dan juga ramah lingkungan”
Penulis: Fajar Dwi Handoko
Editor: Firdatul Izza Aulia